Sabtu, 26 November 2016

1. Faktor Intern

  1. Sejarah Masa Lampau yang Gemilang
Indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan riwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan sebagai Negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara. 
  1. Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis. Politik devide et impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa(cultuur stelsel), dan kerja rodi merupakan bencana bagi rakyat Indonesia.
  1. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat di  Indonesia
Perasaan akan timbulnya nasionalisme bangsa Indonesia telah tumbuh sejak lama, bukan secara tiba-tiba. Nasionalisme tersebut masih bersifat kedaerahan, belum bersifat nasional. Nasionalisme yang bersifat nyeluruh dan meliputi semua wilayah Nusantara baru muncul sekitar awal abad XX. Lahirnya nasionalisme bangsa Indonesia didorong oleh dua faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern.Pada tahun 1899, Mr. Courad Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau hutang kehormatan.
  1. Pendidikan yang Berkembang Pada Masa Kolonial
Munculnya sistem pendidikan kolonial ketika itu tidaklah berbanding lurus dengan kepentingan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Orientasi hasil pendidikan dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga bagi Hindia Belanda. Setelah dilaksana kan politik etis, banyak lembaga pendidikan mulai berdiri. Namun, ada beberapa hambatan masuk sekolah, seperti berikut.
1)      Adanya perbedaan warna kulit (color line division).
2)      Sistem pendidikan yang dikembangkan disesuaikan dengan status sosial masyarakat (Eropa, Timur Asing, atau bumi putera).
3)      Bagi kelompok bumi putera masih dibedakan oleh status keturunan (bangsawan, priyayi,rakyat jelata).
Pendidikan kolonial pada awal abad ke-20 tumbuh cukup banyak terdiri atas beberapa tingkatan berikut:
1) Pendidikan Dasar
a)      ELS (Europese Legerschool) dan HIS (Holandsch Inlandschool), untuk keturunan Indonesia asli golongan atas. Merupakan sekolah kelas satu.
b)      Sekolah Kelas dua, untuk golongan Indonesia asli kelas bawah.
2) Pendidikan Tingkat Menengah
a)      HBS (Hogere Burger School) , MULO (Meer Uitegbreit Ondewijs) dan AMS (Algemene Middelbare school).
b)      Sekolah Kejuruan, seperti Kweekschoolen (guru pribumi) dan Normaal School.128 Ilmu Pengetahuan Sosial VIII
3) Pendidikan Tinggi
a)      Pendidikan Tinggi Teknik (Koninklijk Instituut voor Hoger Technisch Ondewijs Nederlandsch Indie).
b)      Sekolah Tinggi Hukum (Rechtschool).
c)      Sekolah Tinggi Kedokteran, berkembang sejak dari nama Sekolah Dokter Jawa, STOVIA, NIAS dan GHS (Geeneeskundige Hoogeschool).
d)      Sekolah pelatihan untuk kepala atau pejabat pribumi, Hoofdenscholen, OSVIA (Opleidingsscholen voor Inlansche Ambtenaren)
  1. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Perkembangan pendidikan di Indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia yaitu pendidikan di surau atau langgar, pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran umum lainnya juga mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk memecah belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman para santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan dari lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadipenggerak dan tulang punggung perjuangan kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.
  1. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Berkembangnya sistem pendidikan Barat melahirkan golongan terpelajar. Selain itu sekolah tersebut terbuka bagi semua masyarakat pribumi dan tidak membedakan dari kalangan mana pun. Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, dan Moh. Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam)


1)      Taman Siswa
Taman Siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922. Tujuan didirikannya Taman Siswa adalah untuk mendidik dan menggembleng golongan muda serta enanamkan rasa cinta tanah air dan semangat antipenjajahan. Taman Siswa berperan dalam menumbuhkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Taman Siswa memiliki tiga semboyan dalam melaksanakan proses pendidikan. Semboyan tersebut berasal dari bahasa Jawa dan mempunyai arti filosofi tentang peranan seseorang.
2)      Ksatrian School
Ksatrian Institut  atau Ksatrian School didirikan di Bandung pada tahun 1924 oleh Douwes Dekker atau Danudirjo Setyabudi. Tujuan Ksatrian School adalah untuk memberi kesempatan belajar yang lebih baik dan luas kepada anak-anak bumi putera. Selain itu untuk menumbuhkan rasa harga diri manusia dan kepercayaan kepada diri sendiri sebagai bangsa yang merdeka. Semboyan yang dipakai adalah “Mengabdi Masa depan Rakyat.”
3)      INS Kayu Tanam
INS Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Syafei pada tanggal 31 Oktober 1926. Tujuannya adalah untuk mendidik dan menanamkan tradisi semangat kerja dan kemandirian. Dengan kemandirian tersebut diharapkan golongan pemuda dapat menyadari akan arti pentingnya semangat nasionalisme sebagai modal perjuangan kemerdekaan. Asas INS Kayu Tanam adalah menolong diri sendiri.
  1. Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia
Kaum pedagang keturunan nonpribumi, khususnya kaum pedagang Cina semakin membuat kesal para pedagang pribumi. Puncak kekesalan kaum pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina mendirikan perguruan sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901. Kekesalan tersebut diciptakan oleh Belanda untuk menimbulkan rasa iri hati rakyat Indonesia kepada keturunan Cina.
  1. Peranan Bahasa Melayu
Di samping mayoritas beragama Islam, bangsa Indonesia juga memiliki bahasa pergaulan umum (Lingua Franca) yakni bahasa Melayu. Dalam perkembangannya, bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.
  1. Istilah Indonesia sebagai Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘ berasal dari kata India (bahasa Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa Yunani untuk kepulauan), sehingga kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia,Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya setelah banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian, van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar