- Sejarah Masa Lampau yang Gemilang
Indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran
Majapahit dan riwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan
peranan sebagai Negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh
Nusantara.
- Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan
sejak masa Portugis. Politik devide et impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa(cultuur stelsel), dan kerja rodi merupakan bencana bagi rakyat Indonesia.
- Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia
Perasaan akan timbulnya nasionalisme bangsa
Indonesia telah tumbuh sejak lama, bukan secara tiba-tiba. Nasionalisme
tersebut masih bersifat kedaerahan, belum bersifat nasional. Nasionalisme yang
bersifat nyeluruh dan meliputi semua wilayah Nusantara baru muncul sekitar awal
abad XX. Lahirnya nasionalisme bangsa Indonesia didorong oleh dua faktor, baik
faktor intern maupun faktor ekstern.Pada tahun 1899, Mr. Courad Theodore van
Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap pemerintah penjajahan
Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal Belanda, de Gids dengan
judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau hutang kehormatan.
- Pendidikan yang Berkembang Pada Masa Kolonial
Munculnya sistem pendidikan kolonial ketika itu tidaklah berbanding lurus
dengan kepentingan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Orientasi hasil
pendidikan dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga bagi Hindia Belanda.
Setelah dilaksana kan politik etis, banyak lembaga pendidikan mulai berdiri.
Namun, ada beberapa hambatan masuk sekolah, seperti berikut.
1) Adanya perbedaan warna kulit (color line
division).
2) Sistem pendidikan yang dikembangkan
disesuaikan dengan status sosial masyarakat (Eropa, Timur Asing, atau bumi
putera).
3)
Bagi kelompok bumi putera masih dibedakan oleh status keturunan (bangsawan,
priyayi,rakyat jelata).
Pendidikan kolonial pada awal abad ke-20
tumbuh cukup banyak terdiri atas beberapa tingkatan berikut:
1) Pendidikan Dasar
a) ELS (Europese Legerschool) dan HIS (Holandsch
Inlandschool), untuk keturunan Indonesia asli golongan atas. Merupakan
sekolah kelas satu.
b)
Sekolah Kelas dua, untuk golongan Indonesia asli kelas bawah.
2) Pendidikan Tingkat Menengah
a) HBS (Hogere Burger School) , MULO (Meer
Uitegbreit Ondewijs) dan AMS (Algemene Middelbare school).
b)
Sekolah Kejuruan, seperti Kweekschoolen (guru pribumi) dan Normaal
School.128 Ilmu Pengetahuan Sosial VIII
3) Pendidikan Tinggi
a) Pendidikan Tinggi Teknik (Koninklijk Instituut voor Hoger Technisch
Ondewijs Nederlandsch Indie).
b) Sekolah Tinggi Hukum (Rechtschool).
c) Sekolah Tinggi Kedokteran, berkembang sejak
dari nama Sekolah Dokter Jawa, STOVIA, NIAS dan GHS (Geeneeskundige
Hoogeschool).
d) Sekolah pelatihan untuk kepala atau pejabat
pribumi, Hoofdenscholen, OSVIA (Opleidingsscholen voor Inlansche
Ambtenaren)
- Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Perkembangan pendidikan di Indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan
yang dikelola umat Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia
yaitu pendidikan di surau atau langgar, pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar
pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran
umum lainnya juga mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk
memecah belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman para
santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan dari
lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadipenggerak dan tulang punggung
perjuangan kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim
ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme
Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat mudah untuk
memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.
- Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Berkembangnya sistem pendidikan Barat melahirkan golongan terpelajar. Selain
itu sekolah tersebut terbuka bagi semua masyarakat pribumi dan tidak membedakan
dari kalangan mana pun. Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah
kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker
mendirikan Ksatrian School, dan Moh. Syafei mendirikan perguruan Indonesische
Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam)
1)
Taman Siswa
Taman Siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara
pada tanggal 3 Juli 1922. Tujuan didirikannya Taman Siswa adalah untuk mendidik
dan menggembleng golongan muda serta enanamkan rasa cinta tanah air dan semangat
antipenjajahan. Taman Siswa berperan dalam menumbuhkan rasa nasionalisme
bangsa Indonesia. Taman Siswa memiliki tiga semboyan dalam melaksanakan proses
pendidikan. Semboyan tersebut berasal dari bahasa Jawa dan mempunyai arti
filosofi tentang peranan seseorang.
2)
Ksatrian School
Ksatrian Institut atau Ksatrian School didirikan di Bandung pada tahun 1924 oleh
Douwes Dekker atau Danudirjo Setyabudi. Tujuan Ksatrian School adalah
untuk memberi kesempatan belajar yang lebih baik dan luas kepada anak-anak bumi putera. Selain itu untuk menumbuhkan rasa
harga diri manusia dan kepercayaan kepada diri sendiri sebagai bangsa yang
merdeka. Semboyan yang dipakai adalah “Mengabdi Masa depan Rakyat.”
3)
INS Kayu Tanam
INS Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Syafei pada tanggal 31 Oktober 1926.
Tujuannya adalah untuk mendidik dan menanamkan tradisi semangat kerja dan
kemandirian. Dengan kemandirian tersebut diharapkan golongan pemuda dapat
menyadari akan arti pentingnya semangat nasionalisme sebagai modal perjuangan kemerdekaan.
Asas INS Kayu Tanam adalah menolong diri sendiri.
- Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia
Kaum pedagang keturunan nonpribumi, khususnya kaum pedagang Cina semakin
membuat kesal para pedagang pribumi. Puncak kekesalan
kaum pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina mendirikan perguruan
sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901. Kekesalan tersebut diciptakan oleh Belanda untuk menimbulkan rasa iri hati
rakyat Indonesia kepada keturunan Cina.
- Peranan Bahasa Melayu
Di samping mayoritas beragama Islam, bangsa Indonesia juga memiliki bahasa
pergaulan umum (Lingua Franca) yakni bahasa Melayu. Dalam
perkembangannya, bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional
Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana
penting untuk menyosialisasikan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh
pelosok Indonesia.
- Istilah Indonesia sebagai Identitas Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar